ANYEONGHASEYO...!!!!!!

ANYEONGHASEYO...!!!!!!

Minggu, 15 April 2012

LAPORAN PENELITIAN ILMIAH SEDERHANA: PENGARUH PEMBERIAN KADAR AIR TERHADAP PERTUMBUHAN BIJI PARE


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Air merupakan sumber kehidupan, tidak hanya bagi manusia, makhluk hidup yang lain juga sangat membutuhkan air. Air adalah faktor yang menentukan kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya air, tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai macam proses kehidupan apapun. Kira-kira 70% atau lebih daripada berat protoplasma sel hidup terdiri dari air. Air juga merupakan salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketersediaan air dalam tubuh tanaman diperoleh melalui proses fisiologis absorbsi. Sedangkan hilangnya air dari permukaan bagian-bagian tanaman melalui proses fisiologi, evaporasi dan transpirasi. Peranan air yang sangat penting menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman.
            Tanaman pare merupakan tanaman sayuran buah yang mempunyai nilai kegunaan yang cukup tinggi bagi kesehatan manusia. Pare (Momordica charantia L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis) yaitu Assam dan Burma. Tingkat kesesuaian tumbuh tanaman pare  yang cukup tinggi ini mengakibatkan tanaman pare dapat tumbuh dimana saja. Tanaman pare ini sangat mudah dibudidayakan dan tumbuhnya tidak tergantung pada musim. Tanaman pare (paria) adalah tanaman herba berumur satu tahun atau lebih yang tumbuh menjalar dan merambat. Mengingat tanaman ini bukanlah tanaman asli Indonesia, maka perlu diadakan suatu penelitian sederhana untuk melihat kadar air yang mana yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare, karena mengingat tanaman pare ini dapat tumbuh dimana saja dan tidak tergantung pada musim. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyusun suatu penelitian sederhana yang berjudul “Pengaruh Pemberian Kadar Air Terhadap Pertumbuhan Biji Pare”.


1.2 Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.         Apakah perlakuan pemberian kadar air yang berbeda-beda memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan biji pare?
2.         Kadar air manakah yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare?

1.3 Tujuan Penelitian
     Adapaun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1.        Untuk mengetahui pengaruh kadar air terhadap pertumbuhan biji pare.
2.        Untuk mengetahui kadar air yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare.

1.4 Komponen Variabel Penelitian
a.    Variabel kontrol: jenis dan jumlah pupuk, jumlah tanah.
b.    Variabel terikat: panjang batang, panjang daun, dan jumlah daun.
c.    Variabel bebas: kadar air (150 ml, 100 ml, dan 50 ml).


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Pertumbuhan
            Yang paling umum, pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel, tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur. Teorinya, semua ciri pertumbuhan yang disebutkan tadi bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan pertambahan volume dan massa. Pertambahan volume (ukuran) ditentukan dengan cara mengukur perbesaran  ke satu atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang), diameter (misalnya, diameter batang), atau luas (misalnya, luas daun) (dalam Salisbury dan Cleon, 1995:2).
            Pertumbuhan pada tanaman merupakan proses bertambahnya ukuran dari kecil hingga sampai dewasa yang sifatnya kuantitatif, artinya dapat kita ukur yang dapat dinyatakan dengan suatu bilangan, misalnya tanaman pare umur 1 minggu tingginya 5 cm. Selain tumbuh, tanaman juga mengalami perkembangan yang ditandai dengan tanaman menjadi dewasa yaitu dapat menghasilkan biji kembali. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses pertumbuhan ukuran dan volume serta jumlah sel secara irreversibel, yaitu tidak dapat kembali ke bentuk semula (dalam Budiyanto, 2011).
                Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain umur, keadaan tanaman, faktor hereditas, dan zat pengatur tumbuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan adalah cahaya, temperature, kelembaban, nutrisi atau garam-garam mineral, oksigen. Proses pertumbuhan akan menghasilkan produk tanaman yaitu bagian tanaman yang dapat dipanen dalam perluasan tanah pada satuan waktu tertentu (dalam Zulaikhah, 2011).



2.2 Tanaman Pare
            Dewasa ini hampir  semua orang mengenal pare, karena tanaman ini sudah ditanam oleh masyarakat luas.  Pare (Momordica charantia L.) bukan tanaman asli Indonesia, melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim panas (tropis). Para ahli tanaman memastikan sentrum utama tanaman pare terdapat di Asia tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma. Belum ditemukan data atau informasi terinci kapan tanaman pare masuk ke Indonesia. Dalam ilmu tumbuhan (botani) kedudukan tanaman pare diklasifikasikan sebagai berikut.
            Kingdom         : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
            Divisi               : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
            Sub-divisi        : Angiospermae (berbiji tertutup)
            Kelas               : Dicotyledoneae (biji berkeping dua)
            Ordo                : Cucurbitales
            Famili              : Cucurbitaceae
            Genus              : Momordica
            Spesies            : Momordica charantina L.
           
            Tanaman pare termasuk tumbuhan semusim (annual) yang bersifat menjalar atau merambat. Struktur batangnya tidak berkayu, mempunyai sulur-sulur pembelit yang berbentuk pilin. Batang tanaman pare dapat mencapai panjang 5 meter dan berbentuk segi lima.
            Daun pare berbentuk menjari dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Dari ketiak daun tumbuh tangkai dan kuntum bunga yang berwarna kuning menyala, sebagaina bunga jantan dan sebagian merupakan bunga betina. Bunga betina dapat menjadi buah setelah mengalami proses penyerbukan.
            Buah pare berbentuk bulat panjang, permukaan buah berbintil-bintil, daging buahnya agak tebal, dan didalamnya terdapat sejumlah biji. Biji pare berbentuk bulat, berkulit agak tebal dan keras, serta permukaannya tidak rata. Biji pare dapat digunakan sebagai alat penyerbukan tanaman secara vegetatif (dalam Rukmana, 1997:13).
            Pada umumnya, tanaman pare dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl). Penanaman pare di dataran tinggi (pegunungan) sering menghasilkan buah berukuran kecil-kecil dan tidak normal. Disamping faktor iklim, lokasi penanaman pare harus memenuhi persyaratan faktor tanah yang memadai. Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok bagi tanaman pare. Meskipun demikian, tanah yang paling baik bagi tanaman pare adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta tingkat kemasamannya (pH) antara 5-6 (dalam Rukmana, 1997:25).
1)        Jenis-jenis Pare
     Beberapa jenis pare yang ada dan dibudidayakan adalah sebagai berikut.
a)   Pare Putih (Pare Gajih atau Pare Bodas)
Pare ini paling banyak dibudidayakan dan paling disukai. Ciri-ciri pare putih adalah sebagai berikut.
(1)     Bentuk buahnya bulat panjang dengan ukuran 30 - 50 cm diameter 3-7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/buah.
(2)     Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran besar dan arahnya sepanjang buahnya.
(3)     Rasa buahnya tidak begitu pahit.
(4)     Pare ini berasal dari India dan Afrika (dalam Santoso, 1996).

b)   Pare Hijau (Pare Gengge atau Pae Kodok)
     Ciri-ciri pare hijau adalah sebagai berikut.
(1)     Buah berbentuk lonjong kecil dan berwarna hijau.
(2)     Permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran kecil dan halus.
(3)     Rasa buah pahit.
Pare hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para,  tanaman pare hijau ini dapat tumbuh dengan baik (dalam Rukmana, 1997:16).
c)    Pare Ular (Pare Bulet atau Pare Alas Leuweung)
Ciri-ciri pare ular adalah sebagai berikut.
(1)     Buah berbentuk bulat panjang, agak melengkung, dan panjangnya mencapai ± 60 cm.
(2)     Permukaan (kulit) buah berwarna belang-belang, yaitu hijau keputihan mirip kulit ular.
(3)     Rasa daging buah tidak begitu pahit.
Pare ular sebenarnya bukan genus Momordica, namun termasuk genus Trichosanthus (Trichosanthus anquina L. sin T. cucumerina) (dalam Rukmana, 1997;16).
2)        Manfaat Tanaman Pare
            Rasa pahit tanaman pare, terutama daun dan buah, disebabkan oleh kandungan zat sejenis glukosida yang disebut momordisin atau charantin. Para ahli kesehatan menemukan kandungan zat lain pada tanaman pare, antara lain insulin dan resin.  Zat penimbul rasa pahit pada tanaman pare mempunyai nilai sosial dan kegunaan yang luas dalam pelayanan kesehatan masyarakat, diantaranya sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit (dalam Rukmana, 1997:21).
            Rasa buah pahit ini yang menimbulkan beberapa manfaat yang terdapat dalam buah pare. Manfaat buah pare bagi kesehatan manusia adalah sebagai berikut (dalam Santoso, 1996).
a)        Dapat merangsang nafsu makan.
b)        Memperlancar pencernaan.
c)        Dapat menyembuhkan penyakit kuning, sariawan, wasir, impotensi, kerusakan hati, dan lain sebagainya.
d)       Sebagai obat malaria.
            Selain buah pare, ternyata daun pare juga mempunyai manfaat yang tidak kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut (dalam Santoso, 1996).
a)        Dapat menyembuhkan mencret pada bayi.
b)        Membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan.
c)        Dapat menurunkan panas tubuh.
d)       Dapat mengeluarkan cacing kremi.
e)        Dapat menyembuhkan batuk, kencing manis (diabetes), kemandulan pada wanita, menambah produk ASI dan antiseptis, rabun malam,  penyakit kulit, dan lain sebagainya.

2.3 Peranan Air Bagi Tanaman
            Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat vital dan dibutuhkan dalam jumlah besar untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100%, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100%.  Noggle dan Frizt  (dalam Effendi, 2010) menjelaskan fungsi air bagi tanaman yaitu sebagai berikut.
a)      Sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma.
b)      Sebagai senyawa pelarut bagi masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain.
c)      Sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik sebagai rektan pada sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat.
d)     Sebagai penghasil hidrogen pada proses fotosíntesis.
e)      Menjaga turgiditas sel dan berperan sebagai tenaga mekanik dalam pembesaran sel.
f)       Mengatur mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata, membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu.
g)      Berperan dalam perpanjangan sel.
h)      Sebagai bahan metabolisme dan produk akhir respirasi.
i)        Digunakan dalam proses respirasi.
            Kehilangan air pada jaringan tanaman akan menurunkan turgor sel, meningkatkan konsentrasi makro molekul serta senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah, mempengaruhi membran sel dan potensi aktivitas kimia air dalam tanaman. Peran air yang sangat penting tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa langsung atau tidak langsung kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi semua proses metaboliknya sehingga dapat menurunkan pertumbuhan tanaman (dalam Effendi, 2010).

2.4 Hipotesis
            Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Ada pengaruh pemberian kadar air yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan biji pare.
2.     Terdapat kadar air yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan
       Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a)    Polybag 3 buah.
b)   Biji pare.
c)    Gelas ukur.
d)   Air bersih/air keran.
e)    Pupuk kandang sapi.
f)    Tanah.
g)    Penggaris.
h)   Pulpen.
i)     Buku catatan.

3.2 Cara Kerja
            Adapun cara kerja penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)      Tiap polybag diisi dengan tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : ¼ (tanah 1 kg dan pupuk ¼ kg),  banyaknya media tiap polybag sama, dan diberi label polybag A, B, dan C.
2)      Tanam biji pare yang sudah dikeringkan selama 2 jam kedalam polybag yang masing-masing polybag diisi 1 biji pare.
3)      Siram tanaman pare setiap sore hari dengan menggunakan gelas ukur sesuai dengan perlakuan yang diberikan, setiap  perlakuan yang diberikan adalah kadar air yang terdiri dari 150 ml pada polybag A, 100 ml pada polybag B, dan 50 ml pada polybag C.
4)      Kemudian amati pertumbuhana biji pare tersebut.
5)      Setelah biji pare tumbuh ukur panjang batang, panjang daun, dan jumlah daun dengan menggunakan penggaris, dan catat pengukurannya setiap 2 hari sekali.

3.3 Jadwal Kegiatan
            Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 3 minggu, yaitu dimulai pada tanggal 8 Maret 2012 sampai dengan 28 Maret 2012. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali untuk mengetahui pertumbuhan biji pare. Tabel pengamatan pertumbuhan biji pare adalah sebagai berikut.

a) Tabel Pengamatan 1 Polybag A (kadar air 150 ml)
No.
Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang
Panjang Daun
Jumlah Daun
1
08-03-2012



2
10-03-2012



3
12-03-2012



4
14-03-2012



5
16-03-2012



6
18-03-2012



7
20-03-2012



8
22-03-2012



9
24-03-2012



10
26-03-2012



11
28-03-2012



Rata-rata pertambahan (cm)




b) Tabel Pengamatan 2 Polybag B (kadar air 100 ml)
No.
Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang
Panjang Daun
Jumlah Daun
1
08-03-2012



2
10-03-2012



3
12-03-2012



4
14-03-2012



5
16-03-2012



6
18-03-2012



7
20-03-2012



8
22-03-2012



9
24-03-2012



10
26-03-2012



11
28-03-2012



Rata-rata pertambahan (cm





c) Tabel Pengamatan 3 Polybag C (kadar air 50 ml)
No.
Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang
Panjang Daun
Jumlah Daun
1
08-03-2012


-
2
10-03-2012


-
3
12-03-2012


-
4
14-03-2012



5
16-03-2012



6
18-03-2012



7
20-03-2012



8
22-03-2012



9
24-03-2012



10
26-03-2012



11
28-03-2012



Rata-rata pertambahan (cm




BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2.1 Hasil Penelitian
         Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 3 minggu dan pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali, maka adapun hasil pengamatan dari setiap polybag dengan kadar air yang bereda-beda adalah sebagai berikut.

a) Tabel Pengamatan 1 Polybag A (kadar air 150 ml)
No.
Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang
Panjang Daun
Jumlah Daun
1
08-03-2012
0 cm
0 cm
-
2
10-03-2012
0 cm
0 cm
-
3
12-03-2012
0,2 cm
0 cm
-
4
14-03-2012
2,3 cm
0,5 cm
2
5
16-03-2012
9,5 cm
2 cm
2
6
18-03-2012
12,3 cm
3,6 cm
2
7
20-03-2012
14,2 cm
daun 1 = 5 cm
daun 2 = 5 cm
daun 3 = 0,8 cm
daun 4 = 0,8 cm
4
8
22-03-2012
15,3 cm
daun 1 = 5 cm
daun 2 = 5 cm
daun 3 = 2 cm
daun 4 = 2 cm
4
9
24-03-2012
18,5 cm
daun 1 = 5 cm
daun 2 = 5 cm
daun 3 = 4 cm
daun 4 = 4 cm
daun 5 = 0,9 cm
5
10
26-03-2012
23 cm
daun 1 = 5 cm
daun 2 = 5 cm
daun 3 = 4,5 cm
daun 4 = 4,5 cm
daun 5 = 2,7 cm
daun 6 = 2 cm
6
11
28-03-2012
28 cm
daun 1 = 5 cm
daun 2 = 5 cm
daun 3 = 4,5 cm
daun 4 = 4,5 cm
daun 5 = 4,2 cm
daun 6 = 4 cm
daun 7 = 1,5 cm
7
Rata-rata pertambahan (cm)
5,87 cm
4,86 cm
2 daun

b) Tabel Pengamatan  2 Polybag B (kadar air 100 ml)
No.
Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang
Panjang Daun
Jumlah Daun
1
08-03-2012
0 cm
0 cm
-
2
10-03-2012
0 cm
0 cm
-
3
12-03-2012
0,3 cm
0 cm
-
4
14-03-2012
3,7 cm
0,8 cm
2
5
16-03-2012
10,5 cm
1,5 cm
2
6
18-03-2012
13 cm
2,6 cm
2
7
20-03-2012
16,4 cm
daun 1 = 3 cm
daun 2 = 3 cm
daun 3 = 1,8 cm
daun 4 = 1,8 cm
4
8
22-03-2012
18 cm
daun 1 = 3 cm
daun 2 = 3 cm
daun 3 = 4,5 cm
daun 4 =  4,5 cm
4
9
24-03-2012
23 cm
daun 1 = 3 cm
daun 2 = 3 cm
daun 3 = 5 cm
daun 4 = 5 cm
daun 5 = 1,4 cm
5
10
26-03-2012
30 cm
daun 1 = 3 cm
daun 2 = 3 cm
daun 3 = 5,5 cm
daun 4 = 7 cm
daun 5 = 4,5 cm
daun 6 = 2,6 cm
6
11
28-03-2012
36 cm
daun 1 = 3 cm
daun 2 = 3 cm
daun 3 = 5,5 cm
daun 4 = 7,3 cm
daun 5 = 5,7 cm
daun 6 = 4,4 cm
 daun 7 = 1,8 cm
 daun 8 = 0,9 cm
8
Rata-rata pertambahan (cm
7,18 cm
4,96 cm
2 daun




c) Tabel Pengamatan 3 Polybag C (kadar air 50 ml)
No.
Hari/Tanggal
Indikator Pengukuran
Panjang Batang
Panjang Daun
Jumlah Daun
1
08-03-2012
0 cm
0 cm
-
2
10-03-2012
0 cm
0 cm
-
3
12-03-2012
0,5 cm
0 cm
-
4
14-03-2012
6,5 cm
1 cm
2
5
16-03-2012
14,5 cm
3 cm
2
6
18-03-2012
15,5 cm
4,3 cm
2
7
20-03-2012
17 cm
daun 1 = 5 cm
daun 2 = 5 cm
daun 3 = 2 cm
daun 4 = 2 cm
4
8
22-03-2012
20 cm
daun 1 = 5,5 cm
daun 2 = 5,5 cm
daun 3 =  5 cm
daun 4 =  5 cm
4
9
24-03-2012
25 cm
daun 1 = 5,5 cm
daun 2 = 5,5 cm
daun 3 = 6 cm
daun 4 = 6 cm
daun 5 = 2,3 cm
5
10
26-03-2012
36,5 cm
daun 1 = 5,5 cm
daun 2 = 5,5 cm
daun 3 = 6,5 cm
daun 4 = 7 cm
daun 5 = 5 cm
daun 6 = 2 cm
6
11
28-03-2012
41 cm
daun 1 = 5,5 cm
daun 2 = 5,5 cm
daun 3 = 6,5 cm
daun 4 = 7 cm
daun 5 = 6,1 cm
daun 6 = 3,9 cm
 daun 7 = 1,7 cm
 daun 8 = 0,8 cm
8
Rata-rata pertambahan (cm
8,40 cm
6,53 cm
2 daun

                Tinggi tanaman dengan pemberian kadar air 50 ml dengan rata-rata = 8,40 cm lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pemberian kadar air 100 ml dengan rata-rata = 7,18 cm dan 150 ml dengan rata-rata = 5,87 cm, tetapi tanaman dengan kadar air 100 ml dengan rata-rata = 7,18 cm lebih tinggi dari tanaman dengan kadar air 150 ml dengan rata-rata = 5,87 cm.
            Panjang daun dengan pemberian kadar air 50 ml yaitu rata-rata = 6,53 cm lebih panjang daripada panjang daun dengan pemberian kadar air 100 ml yaitu rata-rata = 4,96 cm dengan pemberian kadar air 150 ml yaitu rata-rata = 4,86 cm, tetapi panjang daun dengan kadar air 100 ml yaitu rata-rata = 4,96 lebih panjang daripada panjang daun dengan kadar air 150 ml yaitu rata-rata = 4,86 cm.
            Adapun hasil jumlah daun dalam pengamatan ini adalah pada dasarnya hampir sama hanya saja berbeda pada warna daun. Pada pemberian kadar air 150 ml warna daun lebih hijau daripada pemberian kadar air 100 ml dan 50 ml. Warna daun dengan kadar air 100 ml lebih hijau daripada kadar air 50 ml.

4.2 Pembahasan
Penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan hasil yang menyatakan bahwa tumbuhan dengan pemberian kadar air yang berbeda maka akan menunjukkan pertumbuhan yang berbeda pula. Hipotesis yang telah dirumuskan bahwa ada pengaruh pemberian kadar air yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan biji pare adalah terbukti dan terdapat kadar air yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare adalah pemberian kadar air 50 ml, yaitu terlihat dari tinggi tanaman pare, warna daun, panjang daun, dan jumlah daun. Pemberian kadar air lebih sedikit (50 ml) dari kadar air yang lebih banyak (150 ml atau 100 ml) akan memberikan pengaruh yang besar bagi pertumuhan biji pare. Karena jika suatu tanaman kekurangan air ataupun kelebihan air maka akan berdampak negatif pada tanaman itu sendiri. Oleh karena itu, pemberian kadar air yang cocok dan dapat mengoptimalkan pertumbuhan biji pare adalah pemberian kadar air 50 ml atau sedikit.
Air memiliki fungsi yang vital bagi mahluk hidup, tidak terkecuali tanaman. Hal ini erat kaitannya sebagai bahan dasar yang akan digunakan pada proses fotosintesis yang merupakan proses fisiologi tanaman untuk pembentukan karbohidrat (gula). Selain kadar air yang berpengaruh pada laju pertumbuhan biji pare, intensitas cahaya atau kelembapan udara juga berpengaruh pada laju pertumbuhan biji pare.
Dalam penelitian ini juga dilatih beberapa keterampilan proses sains, yaitu sebagai berikut.
1.      Keterampilan melakukan pengamatan, yaitu dalam proses mengumpulkan informasi berupa fakta-fakta maupun data-data yang relevan dalam penelitian.  Peneliti melakukan pengumpulan data-data seperti data tentang kadar air dan tanaman pare.
2.      Keterampilan mengklasifikasi, yaitu mencari perbedaan dan persamaan atau membandingkan yang dalam penelitian ini peneliti mencari perbedaan dan membandingkan pemberian kadar air yang berbeda terhadap pertumbuhan biji pare.
3.      Keterampilan memprediksi, yaitu kemampuan meramalkan atau memperkirakan peristiwa yang akan terjadi yang dalam penelitian ini diwujudkan dalam bentuk membuat hipotesis.
4.      Keterampilan menginterpretasi, yaitu kemampuan mencatat hasil pengamatan, menghubungkan hasil pengamatan, dan membuat kesimpulan. Dalam penelitian, keterampilan ini diwujudkan dalam bentuk hasil penelitian dan pembahasan penelitian.
5.      Keterampilan eksperimen, yaitu kemampuan untuk merencanakan dan melakukan percobaan. Dalam penelitian ini diwujudkan dengan metode penelitian yang berisi alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian serta langkah-langkah penelitian.
6.      Keterampilan menyimpulkan, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul. Dalam penelitian, keterampilan ini diwujudkan dalam bentuk simpulan yang ada pada bagian penutup.
7.      Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan dalam membaca tabel, grafik atau diagram, menjelaskan, dan menyampaikan laporan secara sistematis. Ini dapat dilihat dari membuat tabel pengamatan penelitian dan meyusun laporan penelitian.

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
            Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan  yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa air memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman pare. Karena air bersifat vital maka jika suatu tanaman kekurangan air ataupun kelebihan air, maka akan berdampak negatif pada tanaman itu sendiri. Dari perlakuan yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa kadar air yang dapat  mengoptimalkan dan memberikan pertumbuhan maksimal adalah perlakuan dengan pemberian kadar air 50 ml.

5.2 Saran
          Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran yaitu sebagai berikut.
1.    Peneliti lain, disarankan agar menggunakan pengaruh pertumbuhan biji pare selain air, misalnya kelembapan udara atau intensitas cahaya atau dapat juga menggunakan jenis-jenis pupuk yang dapat mempengaruhi laju pertumbuhan biji pare.
2.    Pembaca, disarankan agar laporan penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu upaya untuk mencukupi gizi bagi rumah tangga dan bermanfaat  bagi kesehatan manusia.
3.    Pembudidaya pare, disarankan agar perencanaan yang baik dan tepat, seperti  teknik yang akan digunakan, varietas yang akan dipakai, dan waktu penanaman pare akan sangat membantu untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan budidaya tanaman pare.
  
DAFTAR PUSTAKA


Budiyanto, 2011. “Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan”.          Tersedia pada http://budisma.web.id/materi/sma/kelas-xii-   biologi/pengertian-pertumbuhan-dan-perkembangan-tumbuhan/ (diakses             pada tanggal 3 Maret 2012).

Effendi, Bachtiar Yusuf. 2010. “Peranan Air Bagi Tanaman”. Tersedia pada             http://oyie.blog.com/2010/04/17/peranan-air-bagi-tanaman/ (diakses pada    tanggal 3 Maret 2012).

Rukmana, Rahmat. 1997. Budidaya Pare. Yogyakarta: Kanisius.

Salisbury, Frank B. dan Cleon W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3.             Bandung: ITB.

Santoso. 1996. “Usaha Tani Tanaman Pare”.  Tersedia pada             http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/dkij0118.pdf (diakses pada        tanggal 3 Maret 2012).

Wardani. 2007. Teknik Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zulaikhah, Siti. 2011. “Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan     Produksi Tanaman Pare”. Tersedia pada    http://eprints.undip.ac.id/32170/6/B05_Siti_Zulaikhah_chapter_II.pdf        (diakses pada tanggal 3 Maret 2012).